Misi mencari kerja memang tak pernah ada akhirnya. Bahkan mereka yang sudah punya gaji stabil setiap bulan sekalipun masih saja tetap mencari peluang yang lebih baik. Tak menutup kemungkinan, hal yang sama tengah terjadi pada Anda saat ini. Begitu Anda menetapkan niat untuk memulai misi pencarian tersebut, bisa dipastikan berbagai saran dari teman, rekan kerja, kerabat, kekasih dan orangtua berdatangan. Tentu saja mereka memberikannya dengan maksud baik, namun tak semua imbauan tersebut masih berlaku. Bahkan beberapa di antaranya bisa mengancam tujuan Anda untuk mendapatkan posisi lebih tinggi atau pindah ke perusahaan lain. Apalagi banyak sekali aturan-aturan tak tertulis yang mulai dirangkul industri kerja belakangan ini. Bagaimana Anda bisa mengetahui apa saja yang perlu Anda dengar dan mana yang harus dibuang jauh-jauh? Lebih baik dimulai dengan menghiraukan beberapa anjuran sesat berikut ini supaya Anda bisa mulai melakukan yang sebaliknya.

Anda Harus: Fokuskan Pencarian di Internet

Industri kerja memang terkait erat dengan akses internet yang serba cepat. Hasil yang cepat pula yang membuat banyak pencari kerja lari ke situs informasi lowongan kerja atau komunitas milis untuk menemukan peluang pekerjaan yang lebih baik. Sama sekali tidak salah, apalagi dengan maraknya situs jaringan kerja dan forum industri pekerjaan yang makin marak. Namun, yang perlu Anda sadari juga adalah jangan membatasi diri dan menjadikan internet sebagai satu-satunya jalan dalam pencarian Anda. Bahkan, satu cara paling efektif untuk mengetahui tersedianya peluang kerja dan meraih posisi baru yang potensial justru dari interaksi tatap muka. Jadi, ketimbang menyimpan semua telur Anda dalam satu keranjang (dalam hal ini internet), hadiri aneka job fair, konferensi yang berhubungan dengan industri kerja Anda juga acara networking yang rutin digelar. Jangan sampai lupa kalau banyak info lowongan
pekerjaan justru tersedia secara tersembunyi. Tak terhitung banyaknya kandidat yang direkrut secara internal atau berdasarkan informasi dari mulut ke mulut karena posisi yang ditawarkan jarang diinformasikan kepada publik.

Anda Harus: Menyanggupi Waktu Interview, Kapanpun Itu

Hati-hati, saran ini cukup menjebak. Anda memang ingin mengetahui kesempatan Anda untuk mendapatkan posisi yang tengah lowong tersebut, tapi bukan berarti Anda serta merta mengiyakan jadwal wawancara yang ditetapkan secara sepihak oleh pihak perekrut. Dengan kelewat bersemangat mengatakan, “Saya bisa datang kapan saja, lagipula atasan juga tak akan menyadari kalau saya pergi,” Anda justru mengisyaratkan bahwa Anda tidak terlalu berpengaruh di perusahaan yang sekarang. Lebih baik negosiasikan waktu yang terbaik buat kedua belah pihak. Disarankan, setelah jam kerja. Dengan begini, Anda secara tidak langsung menunjukkan bahwa Anda menghargai pekerjaan yang sekarang dengan tidak seenaknya meninggalkan tanggung jawab yang ada. Perekrut karyawan yang baik menyadari hal ini, dan mereka terbiasa mengadakan janji sebelum jam kerja atau justru setelahnya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Namun bila memang sama sekali tak memungkinkan buat kedua belah pihak untuk bertemu di kedua waktu itu, mengambil cuti bisa jadi pilihan yang sangat bijak dan tidak merugikan pihak manapun.

Anda Harus: Mempromosikan Status “Available”

Layaknya setalah sudah tak punya ikatan emosional dengan kekasih, bukan ide yang baik untuk segera memberitahukan kepada dunia bahwa Anda sudah siap untuk mencari yang baru. Hal ini juga berlaku dalam mencari posisi di perusahaan lain yang lebih menjanjikan kesuksesan dalam karier. Ketimbang menunjukkan bahwa Anda siap direkrut, lebih baik pamerkan keahlian. Jika Anda seorang teknisi yang tengah mencari atasan baru misalnya, Anda bisa mempromosikan keahlian yang tidak lantang menyuarakan hasrat Anda untuk mendapatkannya. Anda bisa menjadi pembicara di berbagai ajang industri pekerjaan atau terlibat dalam panel. Anda juga bisa menunjukkan pengetahuan dengan meninggalkan komentar-komentar bermutu di situs industri kerja yang terpandang. Semua aksi tersebut juga menguntungkan perusahaan Anda yang sekarang, sehingga Anda tak perlu melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Bersikap aktif dan mengembangkan profil profesional seperti ini bisa dipastikan Anda jadi tak perlu mengirim resume sama sekali. Justru Anda yang “diundang” untuk mengisi posisi lowong yang tersedia.

Anda Harus: Sudah Punya Mental Siap Keluar

Banyak yang bilang, agak susah untuk keluar dari perusahaan yang sudah Anda tempati selama bertahun-tahun akibat terjebak dalam zona nyaman. Sudah terbiasa dengan lingkungan kerja, bisa melakukan tugas yang dikerjakan dari hari ke hari sembari menutup mata dan paham betul akan karakter atasan. Wajar sekali bila merasa demikian, bahkan tak menutup kemungkinan niat mencari kerja lain jadi surut karenanya. Namun begitu niat ingin punya pekerjaan baru itu muncul dengan kuatnya, tak perlu juga untuk langsung bersikap tak sabar untuk segera keluar. Terlebih bila dorongan tersebut didasari oleh keputusan emosional. Waspadalah, keinginan kuat untuk mendapatkan pekerjaan yang baru seringkali membuat ketidakberesan di kantor paling kecil sekalipun menjadi masalah besar. Semua hal terasa sangat mengganggu buat Anda dan akhirnya minat terhadap tugas sehari-hari hilang tanpa jejak. Awas, sikap yang seperti ini justru bisa membawa Anda ke posisi rawan terhadap PHK!


Bookmark                                     and   Share

0 comments: